Kenaikan ambang batas uang muka kredit baru saja diberlakukan pada 15 Juni silam membuat banyak pihak ketar-ketir. Produsen motor Yamaha pun ternyata sudah menurunkan suplai stok motor mereka ke gudang.
Executive vice President PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Dyonisius Beti mengatakan kalau kenaikan ambang batas ini kuat diperkirakan akan mempengaruhi penjualan di industri otomotif.
"Sebelum lebaran (penjualan) mungkin masih oke, tapi habis lebaran kemungkinan turun. Karena kita prediksi puncaknya ada di Juni kemarin, kemarin memang naik (dibandingkan bulan yang sama tahun lalu), tapi demand sudah kelihatan turun," jelasnya.
Kebijakan kenaikan ambang batas ini pun menurut Dyon akan membuat konsumen menengah bawah kesulitan menyiapkan uang muka kredit motor yang mencapai jutaan rupiah.
"Konsumen Indonesia jadi harus adaptasi dulu. Mereka jadi nunggu 3-6 bulan sebelum beli motor," imbuhnya.
Karena itulah, Dyon mengakui kalau saat ini pihaknya sudah mulai berhati-hati memproduksi dan menyuplai motor ke jaringan mereka. Hal itu dilakukan agar stok di gudang tetap sehat dan tidak over stock ketika efek negatif kenaikan ambang batas uang muka ini memuncak.
"Kalau revisi penjualan belum. Karena masih mau lihat dulu. Tapi kalau koreksi stok sudah, kita sudah turunkan 20 persen. Karena kalau sampai over stock, berbahaya selepas lebaran," paparnya.
Namun, Yamaha menurut Dyon belum memikirkan langkah pengurangan karyawan di pabrik mereka. "Karyawan tetap. Cuma sekarang tidak lembur lagi, shift dikurangi," tuntasnya.
Ketentuan kenaikan ambang batas uang muka kredit kendaraan itu sendiri lahir setelah Bank Indonesia (BI) membatasi uang muka (down payment/DP) kredit motor minimal 25 persen dan mobil 30 persen untuk pengajuan kredit kendaraan di perbankan.
Kementerian Keuangan kemudian menyusul membatasi DP kredit kendaraan di perusahaan multifinance atau leasing minimal 20 persen untuk motor dan 25 persen untuk mobil yang juga berlaku mulai 15 Juni.
No comments:
Post a Comment